“Nes, sudah siap?” aku masih terdiam dalam lamunanku.
Pagi ini matahari bersinar dengan indahnya, hingga sinarnya membangunkan aku lewat jendela kamarku. Ku lihat jam pukul 6.30 am. yap, aku kembali terlambat ke sekolah. “Ibu… kenapa gak membangunkan Nesya?”
“Ibu sudah membangunkan kamu Nes, dari jam 5 tadi. Tapi, kamu tidak bangun-bangun.” Aku terdiam, ya memang salahku. Selalu tidur lebih dari jam 12 malam. Hufh… “ Oya, kata ayah motor kamu lagi di service… jadi, kamu naik angkot ya…”
“Loh Bu, ayah sekarang ke mana?” dengan keheranan aku terus mengikat sepatu aku. “kenapa gak tunggu aku biar aku bisa bareng ayah…?”
“ayah kamu sudah berangkat dari jam 6 pagi tadi. Tadi, dapat kabar ada sedikit masalah di kantor. Salah kamu sendiri, bangun kok siang banget.” Aku terdiam kembali, ‘Ya… Ya… aku memang yang salah… Nesya… Nesya… kapan kamu berubah???” ucapnya dalam hati.
“Assalamu’alaikum…” suara berasal dari pintu depan seperti ku kenal.
“nda tante, mau ngobrol pesan dari Bunda. Bisa nda?” aku masih dibelakang Ibu, nda enak untuk memotong sepertinya serius. “Nesya, belum berangkat?motor kamu di mana, kok belum dipanasin?”
“nah itu masalahnya kak Bayu. Motor lagi di service dan ayah sudah berangkat.”
“dan kamu kesiangan…!” potong ibu, aku kembali cemberut.”Ya sudah sana berangkat lihat itu, jam berapa!” lanjut Ibu sambil menunjuk ke jam tanganku.
“Ya sudah minta tolong anter teman kak Bayu aja… daripada dia bengong, nah itu orangnya baru keluar dari mobil. Han, bisa minta tolongkan anterin sepupu aku?” teman ka Bayu hanya mengangguk dan kembali masuk ke mobilnya. “Ya sudah sana, tambah telat nanti.”
Akhirnya, aku di anter sama temannya kak Bayu. Dalam mobil hanya kesunyian yang ada. Namun, kesunyian itu pecah. “Sekolahnya di mana?” tanya teman Kak Bayu. Aku menjelaskan letak sekolahku dengan detail, untunglah sekolahku tidak terlalu jauh dari rumah hanya cukup 10 menit saja. Sesampai di gerbang sekolah, teman-temanku masih menanti kedatanganku. Mobil berhenti dan aku keluar, “Terima kasih ya Kak… maaf merepotkan.” Senyumnya, bisikku dalam hati. Aku balas dengan senyuman juga.
“Siapa Nes? Gebetan baru ya?” tanya Messy, ada lagi yang bilang . “hati-hati Nes!” dengan nada peringatan, dia sahabatku dari SMP namanya Aisyah. Aku hanya menjawab dengan senyuman dan “bukan siapa-siapa dan iya bu Ustadzah…” meraka adalah sahabat terdekatku. Messy, teman SD aku dan kembali bertemu di SMA. Sedangkan, Aisyah teman dari SMP, namun Aisyah yang sering mengingatkan kami untuk jangan lupa ibadah. Secara dia anak ROHIS, ibadahnya top deh! Entah berapa kali aku dan Messy di ajak ikutan BBQ, namun selalu ku tolak dengan beribu alasan.
***
Semenjak kejadian itu, aku sering bertemu dengan Kak… Kak Han, itu biasa yang aku panggil. Karena Kak Han selalu mengantar Kak Bayu untuk ke rumah. Katanya, Kak Bayu dan Ibu lagi ada bisnis kecil-kecilan. Jadi, sering ketemu dan ngobrol bareng. Sudah banyak yang aku ketahui dari Kak Han, dia ternyata teman SD kak Bayu dulu, namun waktu SMP dan SMA dia pindah ke Bandung. Sementara, kak Bayu tetap di Lampung. Dan waktu Kuliah sekarang kembali ke Lampung, aneh ya…?!? Kak Han itu anak orang mampu, Ayahnya seorang pengusaha terkenal dan berhasil. Namun, kak Han sangat sederhana. Dia gak ingin orang mengetahui sebenarnya dia siapa.
Aku salut sama kak Han, orangnya baik, sederhana, pekerja keras. Kata Kak Bayu, aku juga sering tukar fikiran dan diskusi tentang buku-buku yang telah aku baca. Kak Han juga suka baca buku, kadang aku pinjam buku dengan beliau. Kalau bisa di bilang kak Han adalah laki-laki perfect banget. Ditambah, beliau sedang memulai menjadi aktivis di kampusnya. Ya… itu pun pasti karena Kak Bayu, secara kak Bayu dari SMA seorang organisator, mulai dari ROHIS, OSIS, sampai sekarang masih aktif di TKS SMA. Aku ingat kak Bayu pernah tanya ke aku, “Nes, kamu itu ikut BBQ? Kak Bayu kalau ke SMA, pasti gak pernah lihat kamu. Padahal teman kamu, siapa itu namanya…. Aisyah, datang terus dan aktif.”
“Iya kak, tapi waktunya pasti Nesya lagi ada agenda.” Hanya itu alasan aku. Aku hanya kembali terdiam, jika kak Bayu menjelaskan pentingnya BBQ atau tarbiyah. Tapi, entah kenapa masih ku tolak, walau hati ini sangat menginginkannya.
***
Banyak hal yang aku bicarakan dengan kak Han, kemudian aku memutuskan untuk mengikuti saran kak Bayu, Aisyah dan Kak Han. Masih ingat obrolanku dengan Kak Han, ketika tiba-tiba dia datang ke rumah sendiri. Entah kenapa hati ini berdetak lebih cepat, aku tidak bisa mengontrolnya. “ada apa Kak? Kok tiba-tiba datang dan sendiri, ke mana Kak Bayu?”
“Ini mau kasih buku baru, sepertinya cocok untuk kamu.” Sambil memberikan buku ke padaku. “Bayu, lagi ke SMA katanya. Bagaimana sekolah kamu? Kapan ujiannya? Katanya, kamu ikut Rohis ya?”
“Baik kak, sekitar 6 bulan lagi ujian kak. Rohis ya? Ikut kak, tapi nda aktif. Ingin aktif di agenda rohisnya, tapi aku fikir-fikir sudah telat juga kak. Sudah mau ujian. Tapi, Alhamdulillah semenjak kelas 3 ini aku mulai aktif untuk ikut BBQ-nya. Itu pun, karena dorongan dari sahabatku dan ceramah-ceramah Kak Bayu. Juga beberapa buku pinjaman dari Kak Han.” Kak Han hanya mendengarkan dan mengaangguk saja saat itu.
Sejak saat itu, entah kenapa hati ini tak ingin berpisah dengannya. Ingin selalu berhubungan dengan dia, walau hanya sms. Sering sekali kak Han menanyakan BBQ aku, sekolah aku, atau pun sahabat aku. Aku juga cerita masalah yang aku hadapi. Sampai suatu saat, “Nes, ada Han. Di panggil sana…!” perintah kak Fany, dia adik dari Kak Bayu. Malam ini memang ramai di rumah, karena tadi siang ada arisan keluarga dan keluarga dari Kak Bayu menginap di rumah.
Aku masih terdiam di dalam kamar, entah kenapa beberapa minggu ini aku lebih nyaman di kamar. Perasaan ini benar-benar membuat aku bingung, aku beranjak dari tempat tidurku dan duduk tepat berada di samping kak Bayu. Semenatara Kak Han ada di samping Kak Bayu, ku balikkan posisi dudukku dengan menelangkupkan wajahku. Aku masih terdiam, kemudian kak Bayu pergi dari ruangan itu dan aku sekarang hanya berdua dengan kak Han. “Kamu kenapa Nes..?” tanya Kak Han. Aku memejamkan mataku, masih dalam posisi awal. Entah kenapa perasaan di hati ini semakin sulitku hindarkan, aku takut Ya Rabb.
Aku membetulkan posisi dudukku, “nda ada apa-apa kak Han…”
“Kak Johan, itu namaku. Kamu pasti belum mengetahuinya kan?” aku hanya mengangguk saja, memang sejak bertemu hingga berbincang-bincang dengan dia aku tak pernah mengetahui nama lengkapnya. Hanya panggilannya saja yang aku ketahui Han. Kak Bayu kembali, “Bay, ini…” Kak Han menyerahkan uang 500 ribu. Aku masih terdiam saja saat itu, aku anggap mungkin kak Han punya hutang atau apa ke Kak Bayu.
Setelah kejadian itu, aku semakin sering merenung di kamar. Merenungi apa yang terjadi dalam hati atau perasaan aku ini. Semakin kegundahan yang terjadi dalam hidupku. Entah kenapa sosok Kak Han selalu hadir dalam fikiranku, namun aku merasa takut. Takut jika Allah semakin marah padaku, “Nes, ada apa? Kak Fany mengetahui apa yang terjadi saat ini, Kan Bayu pernah cerita tentang persoalan ini ke kak Fany.” Kak Fany tepat berada di sampingku di dalam kamar. “Mungkin, sedikit sulit tentang apa yang terjadi dengan diri kamu. Kak Han adalah orang yang baik dan bisa di bilang laki-laki sempurna. Dia mengetahui apa tanggung jawab seorang anak, juga seorang pria. Kak Bayu pernah cerita, kalau Han sempat bertanya-tanya tentang kamu dan kadang memujimu di depan kak Bayu. Kak Bayu, pernah menegurnya. Kamu tahu kan Kak Bayu adalah orang yang paham tentang batasan hubungan antara laki-laki dan wanita.” Aku masih tetap diam mendengarkan semua yang dibicarakan Kak Fany tentang Kak Han. “Nes, kak Fany dan kak Bayu tahu kamu sangat bingung. Kakak mengetahui apa yang terjadi saat ini, kamu mulai tidak bisa jauh dengan Kak Han. Tapi, kakak yakin kamu masih sangat takut. Sekarang, kamu sudah mengetahui apa yang baik dan benar, juga mana yang boleh dan tidak sesuai dengan ajaran dan perintah dari Allah. Kakak yakin kamu sudah paham itu semua, sudah hampir 1 tahun kamu tarbiyah dan buku-buku agama yang telah kamu pelajari. Kamu paham?”
Aku memberanikan diri untuk berbicara, “Iya kak, aku paham yang telah kakak bicarakan ke aku. Jujur aku takut kak, walau aku belum seperti kakak, tapi, aku sudah mulai memahami batasan itu. Aku sangat takut kak, jika apa yang aku rasakan adalah semua karena hawa nafsu belaka. Aku nda mau kak… apa yang harus aku lakukan kak?” aku meneteskan air mata, rasa takutku kepada Allah membuat aku menangisi apa yang telah aku lakukan saat ini bersama kak Han.
“Lebih baik, kamu focus ke ujian kamu. Lupakan Han, kak Bayu sedang mencoba lebih memahami Han. Makanya, beberapa minggu ini, kak Bayu dan Han nda pernah ke rumah. Kakak harap kamu bisa mngontrol semuanya, jangan biarkan yang terjadi dalam hatimu membuat kamu jauh dari Allah. Kakak juga tahu, kamu mulai mencintai dan memahami apa tujuan hidup kamu di dunia ini. Semua kakak ketahui dari Aisyah dan murobbi kamu. Selalu berusaha menjadi lebih baik, kakak yakin kamu mampu melewati cobaan ini. Pertarungan antara cinta hawa nafsu dan cinta Allah yang baru saja kamu pahami.”
“iya kak, makasih kak…” aku memeluk kak Fany. Setelah kejadian itu aku memutuskan focus ke sekolah. Alhamdulillah aku lulus, di hari pengumuman aku memutuskan untuk berhijab. Kak Han? Entah di mana, sejak waktu itu aku tak pernah bertemu dengannya. Kata Kak Fany, dia sedang mengurusi masalah perusahaan keluarga yang mulai gulung tikar. Sedangkan aku, memutuskan untuk melanjutkan kuliah di UGM, Jogjakarta. Aku memulai menata lagi hidupku untuk menjadi lebih baik lagi. Walau hati ini, masih menginginkanya. Namun, aku coba menepisnya sedalam-dalamnya. Aku nda mau rasa cintaku kepada kak Han akan menjauhkan aku dengan-MU Ya Rabb. Dan aku benar-benar memutuskan untuk melupakannya.
***
Selama perkuliahan psikologi aku benar-benar melupakannya, setelah 4 tahun di Jogja aku memutuskan untuk bekerja di Lampung dan Alhamdulillah kak Fany menawarkan aku untuk mengajar di TK yang didirikan kak Fany dan suaminya. Sudah tentu aku menerimanya, toh tidak terlalu jauh dengan jurusanku. Namun, ketika aku sibuk untuk mengurus wisudaku di Jogja. Aku mendapatkan sms dari ibu.
Assalamu’alaikum. Nes, dari kak Bayu. Ada yang melamar kamu. Sebenarnya ibu dan ayah tidak keberatan, jika kamu menikah sesampai kamu di Lampung. Namun, keputusan ada di tangan kamu. Ibu dan Ayah sudah setuju dengan calon yang di tawarkan oleh kak Bayu. Ibu dan Ayah menyetujuinya. Kamu sudah lulus dan sudah mendapatkan pekerjaan yang mapan. Istikharah-lah terlebih dahulu. Ibu dan Ayah berharap kamu mendapatkan keputusan yang terbaik dan jika kamu menerimanya, kami akan mengirimkan biodatanya ke kamu lewat e-mail. Wassalam.
Sms yang cukup panjang dan membuat aku tak menyangka, Allah beanr-benar menyayangiku. Subhanallah, Alhamdulillah, terima kasih Ya Rabb. Mungkinkah, sudah saatnya aku menikah? Ya Rabb, beri hamba petunjuk jika ini memang jalan yang terbaik untukku… Amin. Doaku setelah shalat istikharahku di malam yang sunyi.
Aslmkm. Nes, k’ Fany sdh dpt kbr soal itu tdi mlm. Ka2k hrp kamu mndptkn kputsn terbaik. Amin. Jg, smua klurg k’ Fany n k’ Bayu stuju jika kamu menikah s’sampai d Lampung.Yakinlh, Allah menunjukkan kasih syngny kpd kamu. Wassalam.
Ya… sms dari kak Fany pagi ini memantapkan aku dengan jawaban ini.
Assalamu’alaikum. Bu, Yah…hari ini Nesya wisuda. Nesya paham ibu dan Ayah nda bisa hadir ke Jogja. Oy, setelah Nesya mengikuti saran ibu. Dengan Bismillahirohmanirrohim, Nesya terima calon yang diajukan kak Bayu. Tidak perlu mengirimkan foto atau pun biodata, Nesya percaya ibu dan ayah, juga kak Bayu mengetahui yang terbaik untuk Nesya. Nesya akan kembali ke Lampung seminggu lagi. Nesya siap sesampai di Lampung akad nikah langsung dilaksanakan, jika itu yang terbaik.
Aku kirim ke ibu, beberapa menit kemudian…..
Wa’alaikumussalam. Alhamdulillah, jika itu memang keputusanmu ibu dan ayah sangat senang. Beruntung saat ini pria yang melamar kamu sedang di rumah untuk meminta langsung ke kami. Dan dia juga siap untuk sesampai kamu tiba di Lampung akad nikah langsung dilaksanakn. Selamat ya anakku… Insya Allah ini yang terbaik untukmu anakku.
Aku kembali menangisi sebuah nikmat-Nya. Allah selalu memberikan kejutan indah kepadaku. Terima kasih Ya Allah. Ku balas…
Amin Ya Rabb….
***
“Nes, sudah jangan melamun. Ayo, Han sudah menunggu dan penghulu juga sudah hadir beberapa menit yang lalu!” ajak kak Fany. Aku terbangun dari lamunanku, lamunan yang mengingatkan aku tentang hal yang terjadi beberapa hari, bulan, dan tahun yang lalu. Kak Han… ya, dia laki-laki yang dulu sempat dalam hidupku dan beberapa menit lagi akan menjadi suamiku. Subhanallah, Engkau memang selalu memberikan kejutan-kejutan yang indah YA RABB…
Inspirasi dari sebuah mimpi yang kembali ku garap dari cerpenku di masa lalu.
Kumulai di pagi yang cerah hingga malam yang sunyi ku selesaikan.
Terima kasih Ya Rabb, jaga hati ini…..
Mungkinkah ini cara untuk menjaga hati ini…???
27 Juni 2010
22.51 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar