“Iya, jadi sekarang bersama mb… juga teman-temannya ada yang beda fakultas.” Aku masih ingat kata-kata itu, awal pertemuan ku dengan beliau. Sosok yang pendiam, lembut, dan tatapannya yang tajam. “kita di sini bersebelas, tapi yang konfirmasi kalian saja. Ada beberapa yang belum…” kami hanya diam semua, satu persatu kami memperkenalkan diri. Sebagian besar ku kenal, karena satu fakultas.
Beberapa pertemuan kadang membuatku monoton, bosen, dan segan kepada mereka semua, baik teman-temannya juga mb-nya. Namun, kucoba untuk membuka diri. “Jadi, ini juga rumah kita atau tempat untuk bercerita. Tempat untuk bertukar fikiran, cerita masalah atau pun diskusi apapun…” tutur mb Hanan. Kata-kata itu yang sering diucapkan beliau saat awal-awal pertemuan kami.
Saudari di lingkaran ini, cukup membuatku sedikit nyaman karena memang sebagian besar satu fakultas dan organisasi. Sedangkan untuk beda fakultas, aku masih bingung untuk menghadapinya. Aku masih ragu untuk mendekati mereka atau pun bertegur sapa, kadang aku mencoba untuk terbuka. Tapi, mereka kadang menanggapinya biasa saja. Sempat terfikir untuk mengakhirinya dengan menghilang begitu saja, karena aku tak nyaman dengan teman-teman yang beda jurusan dan mb Hanan. Namun, ketika sempat jarang pertemuan aku berfikir ‘mau apa aku sekarang, ibadah turun, sepi, tak dapat vitamin….’ Akhirnya, kuputusakan untuk kembali. Bukan, itu tujuan utamaku tetap mau menjalani ini semua. Tujuanku mendapatkan vitamin, protein bagi iman ini. Karena Allah, itu yang harus ku tanamkan di hati ini.
Kucoba untuk semakin membuka diriku bagaimana pun aku harus tetap dalam lingkaran ini. Semua karena Allah, hanya untuk Dia. Berjalannya waktu aku semakin memahami satu persatu karakter mereka. Ninda yang cukup supel, hampir sama denganku walau kemajuan dia lebih cepat dibandingkan aku. Ada pula Imah yang cukup keibuan, sikapnya yang kadang kalem walau kadang keluar aslinya. Dia merupakan salah satu temanku di lingkaran yang bijak, walau sedikit cuek. Nurma, kalau yang satu ini merupakan temanku satu jurusan juga. Kalau bisa dibilang dia adalah tempat curhatku, anaknya periang banget, tapi sulit untuk membuatnya tetap berada di lingkaran ini. Aku bingung ahrus bagaimana menghadapi jika membahas masalah ini dengan dirinya.
Teman yang satu fakultas lainnya yaitu Yulia, dia memang jarang hadir dalam lingkaran ini apalagi jika waktu libur kuliah. Sedikit sulit untuk mendapatkan izin dari saudaranya. Dia pendiam, tidak banyak hal yang aku pahami, namun dia teman yang baik selama aku berbincang saat bertemu di mushalah. Satu lagi, kalau yang satu ini. Dia sosok yang sangat pendiam, hampir sama dengan Yulia, namun aku cukup dekat dengan dia, walau hanya sebatas berbincang-bincang saja, aku kadang mencari tahu sifat dia lewat teman satu jurusanku yang satu kosan tentang kepribadiannya. Hanya sebatas kepribadiannya saja, dia adalah Diah.
Teman satu lingkaranku lainnya yaitu Nur, sosoknya belum aku kenal, cukup pendiam, itu yang aku tahu. Jujur berbincang dengannya bisa di bilang belum pernah, ingin mencoba membuka perbincangan namun tak pernah terjadi. Mungkin, aku sendiri yang salah kurang terbuka dengan dirinya. Adapula sosok yang cukup terbuka, bisa dibilang satu-satunya teman satu lingkaran berbeda fakultas yang terbuka dibandingkan lainnya. Atau mungkin hanya perasaanku saja, namun itu yang aku rasakan jika bersama mereka. Sosok yang sedikit pendiam, namun kadang bercanda juga. Sinta adalah sosok teman satu lingkaranku ini.
Berbeda dengan yang lain, kalau bisa dibilang sosok teman satu lingkaranku ini yang aku segani. Sosoknya yang diam, sikap yang bijak terlihat, dan menjadi motivasiku soal hapalan. Namun, masih belum bisa aku terapi dengan baik . Jika begitu, dia adalah sosok teman yang sebenarnya bisa dijadikan tempat tukar fikiran. Nah… mungkin ini kembali kesalahan aku pribadi, susah sekali bisa dekat dengan dirinya. Dia adalah Eva.
Tetapi, dengan segala sifat, sikap dari mereka inilah menjadi motivasiku untuk memahami karakter mereka satu persatu. Dengan mereka pun kami yang berada di lingkaran penuh warna. Bagaimana dengan sosok mb Hanan? Sosok yang diam, lembut, tatapan sinis dan tajam yang pertama terlintas dalam fikiran saat pertama kali bertemu dengan mb Hanan. Sempat aku bingung untuk mendekati beliau, mb Hanan yang cukup sibuk dengan urusan kampus kadang membuatku ragu untuk meminta bantuan.
Akhirnya, aku hanya kembali diam jika ada masalah, walau hati ini ingin bercerita dengan beliau atau pun dengan teman-teman di satu lingkaran ini. Tiba-tiba terfikir, apa yang salah kenapa aku tak bisa dekat dengan beliau. ‘Mungkin saatnya aku yang membuka diri terlebih dahulu…’
***
Suatu ketika, permasalahan tentang kegundahan ini kembali hadir menyelimuti diriku. Aku semakin tak mampu untuk menyelimuti rasa kegundahan di hati ini, rasa takut yang ku alami membuatku membutuhkan teman-teman yang mengingatkan aku. Akhirnya ku ceritakan permasalahanku kepada mb Hanan, beliau memberikan suatu jawaban yang membuatku semakin yakin atas apa yang seharusnya sudah aku lakukan selama ini.Hari berikutnya, aku mencoba bercerita dengan teman-teman yang satu lingkaran tanpa mb Hanan. Kini aku tak sendiri ada teman-teman atau saudari-saudari yang akan menjaga ruhiyah ini. Masalah yang membelenggu diriku saat ini sudah kuputuskan untuk mengakhirinya. Dan ku buka lembaran baru bersama teman atau saudariku di lingkaran ini. Dari perbincangan kami bersama, keterbukaan atas segala masalah yang kami hadapi masing-masing membuatku semakin yakin ini adalah tempatku saling berbagi suka duka. Jika sejak dulu seperti ini, mungkin aku tak akan merasakan kegundahan yang kuhadapi selama ini.
“Terima kasih Ya Rabb, Engkau telah mempertemukan kami semua dalam lingkaran ukhuwah ini… seharusnya aku sudah sadar sejak dari awal untuk terbuka dengan mereka. Namun, walau di detik terakhir ini aku baru merasakan keterbukaan ini. Aku tetap bahagia terima kasih mb Hanan, Ninda, Imah, Yulia, Diah, Nur, Nurma, Eva, dan Sinta kalian adalah saudariku di lingkaran ini. terima kasih atas kebersamaan selama ini, rasanya tak ingin kembali berpisah dengan kalian semua. Kebersamaan dengan kalian membuatku yakian Allah selalu mencintai diriku bersama adanya kalian smeua. Aku akan selalu mencintai kalian semua, karena Allah…”
Dengan rasa cinta karena Allah…
Kuberikan cerita ini kepada saudari-saudariku di lingkaran Ilmu ini…
Terima kasih atas semua memori indah dan perhatian kalian semua…
Ku mulai di malam yang sunyi dan kuselesaikan di pagi ini…
Minggu, 8 Agustus 2010
06.42 WIB
sedang ku coba... terima kasih semuanya...
BalasHapus