Setiap kita pasti memiliki teman atau bahkan sahabat. Namun, apa sebenarnya teman? Teman sejati saat ini teramat langka. Mengapa? Karena saat ini banyak mereka atau bahkan diri kita menganggap diri kita teman yang baik untuk teman kita, namun ternyata tidak. Kita kadang berada di samping mereka, kita tidak memberikan perhatian kepada mereka. Hanya pada saat kita membutuhkan meraka saja, apakah kita berada di sampingnya saat mereka sedang memiliki masalah. Sebuah renungan untuk kita masing-masing…
Dalam pertemanan banyak hal yang kita ungkapkan masing-masing mulai pribadi, keluarga atau pun masalah yang terjadi antar teman. Sebagian dari kita sebagai teman kadang mealakukan sebuah kesalahan. Kesalahan untuk menceritakan kabar itu kepada teman kita yang lain. Sebenarnya, bukan suatu hal yang baik karena belum tentu hal itu benar 100%. Namun, kadang mereka menerima atau membenarkan kabar yang buruk. Karenanya, merupakan suatu keharusan untuk kita berhati-hati dalam membenarkan suatu berita. Maka, lakukan dengan cermat akurasi dari suatu hal atau permasalahan tersebut. Sebagaimana Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui kepadanya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(Al-Hujurat:6)
Bertolak dari pemahaman firman Allah di atas, maka kita harus mencocokkan antar berita dan realita dalam masalah yang diceritakan di dalam persahabatan kita. Sikap terlalu cepat menelan suatu berita tanpa pertimbangan yang cukup mengakibatkan keburukan dalam pertemanan misal putusnya pertemanan yang telah lama di bina antara kita.
Namun, tidak banyak dari kita menjadi perusak bagi suatu pertemanan. Semoga bukan termasuk kita. Amin. Lantas, yang manakah kita sebagai teman dan seperti apakah teman yang sebenarnya kita butuhkan? Sebuah pertanyaan yang mungkin pernah terfikir dalam diri kita masing-masing. Maka, kita simak satu-persatu….
Dalam sebuah buku karangan Muhammad As-Suderi yang berjudul “Bahaya Teman”, teman dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:
Ø Teman seperti bala atau bencana yaitu teman yang sama sekali tidak berguna, baik untuk kepentingan dunia apalagi untuk alam akhirat. Baik di dalam perbuatan maupun perkataan tidak akan membuat Anda senang. Pertemanan Anda karena sebab akibat.
Ø Teman seperti arak, di mana teman yang hanya member kenikmatan dan kesenangan sesaat. Tanpa disadari, manfaat sekejap yang diperoleh itu justru merusak pekerti atau akhlak dan menghancurkan akhirat Anda.
Ø Teman yang seperti obat, ia yang Anda bergaul dengannya karena keadaan yang memaksa atau kebutuhan yang mendesak. Anda memetik manfaat darinya, tapi Anda tidak menyukai agamanya, dan sebenarnya Anda tidak begitu suka bergaul dengannya.
Ø Teman seperti makanan yaitu teman yang memberikan manfaat dalam dunia dan agama, tetapi kadang dia membuat Anda mersa terganggu karena sifat keras, lantaran watak pemarahnya, atau karena sikapnya yang militan dan kaku.
Ø Teman yang seperti udara, dimana teman yang member Anda manfaat dalam agama dan memberi Anda keuntungan dalam urusan dunia. Di kancah pergaulan, dia selalu membuat gembira. Dengan menemaninya, kehidupan yang kita jalani terasa begitu nikmat.
Suatu pemaparan yang cukup menarik mengenai tipe teman teman seperti bala yang penuh bencana, teman seperti arak yang terasa nikmat ketika diminum, teman seperti obat yang pahit dan mengobati, teman seperti makanan yang kita perlukan, namun ada yang tidak kita sukai juga sulit untuk dikunyah, dan teman seperti udara yang selalu dibutuhkan. Lalu, dimanakah kita saat ini sebagai teman atau pun sahabat? Atau dimanakah teman kita saat ini? Sebuah pertanyaan yang mungkin akan datang setelah kita membacanya, kawan…
Maka, dapat dikatakan yang diutamakan dalam pertemanan hendaknya menjadikan agama sebagai barometer, menjadi ridha Allah sebagai timbangan. Barangsiapa yang membawa manfaat bagi agama kita, berpeganglah kepadanya. Kecuali ia orang yang tidak kita pergauli. Dan barangsiapa yang membuat kita celaka, singkirkanlah dan tinggalkanlah. Kecuali kita betul-betul membutuhkannya. Sedangkan orang yang tidak membahayakan agama kita tetapi ia pun tidak memberikan manfaat dalam urusan dunia kita, jadikan ia teman sebatas mengambil dari kesenangan, serta tidak mengganggu kita dari melaksanakan kewajiban dan tugas juga tidak menyeret kita ke jurang kehinaan dan kebinasaan. Jadikanlah, pertemanan kita yang seperti udara yang saling membutuhkan antar teman kita. Dan landaskan segala hubungan karena Allah, karena hal ini akan semakin indah… semoga kita akan menjadi teman yang seperti udara… Amin.
Sumber “Bahaya Teman” karangan Muhammad As-Suderi.
_dy_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar